Komik "101 Humor Lalu Lintas" oleh Diyan Bijac

Apa itu yang di kanan atas? Kaca pembesar

Gue sempet sedikit beres-beres gudang dan menemukan salah satu komik lokal yang ternyata gue masih punya. Judulnya adalah "101 Humor Lalu Lintas" oleh pak Diyan Bijac. Gue memutuskan untuk baca ulang buku komik ini karena sudah lama sekali, dan ternyata gue masih punya seperti yang gue sebutkan tadi.

--

Oh hai. Iya gue udah lama banget nggak ngetik, dan tiba-tiba gue muncul lagi di sini di April 2022. Ada beberapa draft lain yang masih gue susun, tapi tiba-tiba gue ngetik postingan baru ini hanya dalam satu hari. Draft lain masih harus ngantre jadinya. Padahal ada beberapa topik yang menurut gue menarik dan perlu dibahas.

--

Balik lagi ngomongin soal komik ini, yang gue punya ini adalah cetakan pertama (November 2011), diterbitkan oleh Cendana Art Media. tetapi gue lupa kapan tepatnya gue membeli komik ini. Gue beli ini karena pada awal 2010an itu juga, gue berani bilang bahwa pada tahun-tahun ini pula komikus lokal mulai muncul ke permukaan (lagi), dengan beragam karya yang terasa lebih menyesuaikan zaman, dan buku mereka bisa dibeli di toko buku manapun juga. Bisa dibilang merupakan salah satu tahun yang asyik untuk menikmati karya-karya komikus Indonesia.

Secara ringkas, komik ini menggambarkan situasi lalu lintas di seputaran Jabodetabek, terutama Provinsi DKI Jakarta itu sendiri; namun tentunya dengan balutan jenaka. Dan juga karena ini terbitan 2011, hal-hal yang dibahas sangat terasa awal 2010-an. Situasi yang ada pada zaman sekarang pun masih bisa dibilang mirip, hanya ditambah dengan ojek daring dan pandemi; tetapi tentunya komik ini menjadi pengingat bagaimana warga wilayah Jabodetabek melakukan commute atau perjalanan pergi dan pulang dari domisili masing-masing menuju tempat kerja mereka di ibukota tercinta. 

Dari yang bisa gue baca, komik ini lebih ditujukan untuk remaja ataupun 13 tahun ke atas. Ada beberapa visual dari lelucon/humor yang kurang sesuai untuk pembaca di bawah umur tersebut. Komik memang tidak bisa dipandang hanya sebatas "bacaan anak-anak", sehingga ada lelucon (atau isi lainnya) yang dibuat menyesuaikan dengan target usia pembaca, meskipun sisi baiknya adalah leluconnya menyiratkan makna-makna tertentu tanpa harus disampaikan secara eksplisit. Iya di buku ini terdapat beberapa lelucon yang agak tidak senonoh atau saru (bahasa Jawa) sehingga memang target pembaca buku ini adalah usia remaja ke atas.

Tetapi jika gue boleh sangat jujur, secara keseluruhan gue akui leluconnya cenderung... Biasa. Gue masih bisa senyum-senyum sedikit, tetapi itu hal terjauh yang bisa gue rasakan. Gue pun kurang paham kenapa leluconnya hanya bisa memberi kesan sejauh itu. Apakah mungkin karena harus langsung disusun sebagai satu buku daripada kumpulan komik strip di suatu surat kabar yang sudah terbit dalam jangka waktu tertentu, atau bagaimana, gue kurang tahu. Meskipun demikian, gue akui beliau di sini sudah berani mengutarakan beberapa keresahan pengguna kendaraan pribadi/umum yang ada di masa itu.

Hal yang gue sukai dari komik ini adalah penggambaran para pengguna kendaraan pribadi/umum yang bermasalah, namun mereka selalu yang menjadi terkena ganjarannya atau menjadi punchline komedi. Ada preman, pencopet, penyerobot tempat duduk di kereta/bus, bahkan ada juga yang berupa street harassment (pelecehan di jalan). Beliau menggambarkan mereka sebagai tidak lolos begitu saja, namun terkena ganjarannya agar pembaca yakin bahwa orang-orang ini akan selalu dapat balasan yang setimpal. 

Di sisi lain. gue sangat menghargai kualitas artistiknya. Tebal tipis lineart yang dibuat adalah sangat rapi, sangat khasnya pak Diyan Bijac. Komik ini hanya terbit dalam warna hitam putih atau monochrome, namun penerapan warnanya adalah cukup baik sehingga objek yang ada tidak bertabrakan. Yang sangat khas pada komik ini juga adalah wajah warga kota digambarkan dalam bentuk lingkaran sempurna (kurang lebihnya), ekspresi nyengir atau gregetan besar yang khas, sehingga gue (ataupun kalian) yang membaca akan cepat mengenal "oh iya ini karyanya Diyan Bijac!".

Secara keseluruhan, gue bisa bilang bahwa apa yang digambarkan dalam komik ini adalah menggambarkan kualitas berlalu lintas pada masa itu. Terbitan 2011, dibaca ulang di 2022, dan memang ini adalah karya yang merefleksikan apapun yang ada pada masa itu. Haruskah kalian membeli ini? Jika kalian menyukai karya-karya beliau maka belilah. Gue pribadi menyukai kualitas lineart-nya seperti yang gue sebut di atas. Masih bisa dicari di beberapa situs e-commerce.


Sampai jumpa di postingan berikutnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Akhir Tahun 2022

Film UItraman Blazar Tayang di Jakarta

Ketemu Jodoh dengan Bantuan Aplikasi? Bagian Akhir