TERIMA KASIH, ULTRAMAN Z!

"Mari Serukan Namaku!" - karya pribadi

Serial Ultraman Z baru saja tamat, dan gue harus membuat postingan blog ini. Ya, blog ini adalah lanjutan dari sini.

Secara singkat, Ultraman Z sudah menjadi serial yang menyenangkan meski kita sedang berada dalam masa-masa sulit. Maksudnya, di masa seperti ini pikiran kita tidak boleh terlalu terbebani oleh pandemi yang melanda, maka dari itu serial Ultraman Z ini dimulai dan diakhiri dengan... Terlalu menyenangkan mungkin, sampai-sampai gue sebagai salah satu penonton merasa beban pandemi ini bisa terangkat sedikit. 

The "Z"

Ultraman Z diawali dengan episode pertama yang bisa dibilang lumayan seru. Ultraman Zero dan Zett mengejar monster raksasa Genegarg (yang dirasuki oleh alien Celebro) yang membawa kabur Ultra Medal dari Negeri Cahaya, planet asal kaum Ultra. Zero terhisap dan terjebak oleh trik Genegarg yang memuntahkan monster Bullton, Zett mendarat di Bumi, Zett dan Natsukawa Haruki berjuang mati-matian melindungi penduduk kota dari keganasan Genegarg, Zett bergabung dengan Haruki, dan mengalahkan Genegarg.

Hal seru dari episode pertama yang membuat gue harus mengikuti serial ini adalah screenshot di bawah ini:

Episode 1

Konteks screenshot tersebut adalah Haruki tidak peduli dengan siapa itu Ultraman Zett, sesosok alien raksasa sebesar robot Sevenger yang saat itu ia piloti. Haruki hanya tahu bahwa raksasa biru-perak ini ingin mengalahkan Genegarg, tapi juga di saat itu pula Zett berjuang side by side dengan Haruki/Sevenger. Dari momen ini pula lah gue merasa mereka akan klik sebagai sesama prajurit dan melindungi apa dan siapa di sekitar mereka. Buat gue pribadi, nonton serial ini harusnya nggak usah diambil pusing.

Ultraman Zett adalah salah satu prajurit Ultra paling baru dari Negeri Cahaya di Nebula M78. Seperti yang sudah gue sebutkan di awal, Zett juga merupakan (semacam) murid dari Ultraman Zero. Namun naas, Zero terjebak dalam trik ruang dan waktu yang dihasilkan oleh monster Bullton. Zett yang masih benar-benar hijau ini pun secara tidak langsung melatih dirinya sendiri sepanjang serial, khususnya tentang bagaimana menjadi prajurit Ultra yang sesungguhnya, bahkan tanpa panduan Zero; meski akhirnya Zero berhasil selamat dari trik berbahaya Bullton. 

Oh, gue lupa bilang bahwa awalnya gue tidak begitu berminat mengikuti serial ini karena satu hal: robot Sevenger yang aneh.

Sevenger, dari Ultraman Wiki

Sevenger (serta Windom dan King Joe S.T.O.R.A.G.E. Custom) merupakan mecha yang digunakan untuk bertempur melawan monster dalam serial ini; sekaligus mendobrak kebiasaan lama, di mana mecha dalam serial ultraman umumnya berbentuk pesawat tempur maupun kendaraan berat seperti tank.

Sevenger di sini tampil sebagai robot culun, bermata kartun yang sayu (ataupun mata malas), dan durasi baterainya hanya bisa bertahan 3 menit. Lemah bukan? Gue lupa pastinya di episode berapa, namun akhirnya gue mengubah mindset gue sesuai screenshot di atas, gue nggak peduli robot ini tampak aneh, serialnya malah terlalu gaspol (seru) sampai-sampai gue sudah tidak memikirkan kenapa serial ini nggak punya pesawat tempur kayak serial-serial pendahulunya. Serta pada akhirnya pun gue suka juga sama robot yang aneh dan lucu ini.

Ultraman Z sendiri, di mata penggemar serial Ultra yang sudah veteran, merupakan serial Ultra yang membawa kembali nilai-nilai lama serial Ultra yang sudah cukup lama hilang selama era New Generation Heroes tayang. Salah satunya adalah kembalinya pasukan tempur (yang diberi nama S.T.O.R.A.G.E.) dengan struktur organisasi yang jelas dan mecha untuk melawan monster-monster yang muncul di Bumi. Karena sebenarnya begini juga, serial Ultra pada umumnya adalah selalu tentang sesosok prajurit Ultra yang terdampar atau mendarat di Bumi, dan juga pasukan tempurnya adalah jawaban pertama ketika sosok monster muncul. Pasukan tempur di sini selalu membuat rencana yang digadang mampu menghentikan pergerakan monster serta kekacauan yang ditimbulkan.

Dan kembali lagi ke paragraf sebelumnya, mindset yang lupa gue pasang adalah para robot di sini bisa dibilang semacam homage atau terinspirasi dari film Pacific Rim. Film sains fiksi buatan Guillermo del Toro sendiri terinspirasi dari kekayaan budaya populer Jepang. Lalu Tsuburaya Productions membuat robot-robot (atau kaiju robot, istilah awal untuk menyebut robot-robot raksasa ini di serial-serial pendahulunya) yang kurang umum ini menjadi mecha andalan pasukan S.T.O.R.A.G.E. juga mungkin karena untuk meraih hati penonton di Jepang, karena sering terdengar bahwa media hiburan visual bergenre mecha di Jepang terasa seperti berada dalam limbo, tidak terlalu hidup namun belum bisa dibilang sepenuhnya mati.

Disamping itu juga, Ultraman Z berhasil memasukkan homage ataupun easter egg dari serial pendahulunya secara tidak terduga. Gue tidak menonton semua serial Ultra, namun jika ada teman yang membicarakan homage ataupun easter egg yang dimaksud dari salah satu episode, malah jadinya membuat serial ini menjadi lebih spesial di hati. Rasanya seperti dulu nonton SSSS.GRIDMAN dan menemukan easter egg Transformers maupun serial mecha lainnya di sepanjang seri.

Hal lain yang tetap ada dan terjaga dari serial-serial pendahulunya adalah membawa nilai-nilai utama lainnya dari sebuah serial Ultra, yang kurang lebihnya adalah berupa kebaikan, keberanian, dan harapan. Serial Ultra yang sejauh ini pernah gue tonton selalu berusaha membawa nilai-nilai ini, karena menurut gue, serial Ultra berusaha menunjukkan sisi terbaik manusia. Bisa dibilang cukup mengingatkan gue ketika nonton Doctor Who maupun Star Trek, sehingga secara garis besar, menonton serial Ultraman cukup mirip dengan dua franchise tersebut.

Hal lain yang patut diapresiasi pun adalah special effect-nya (yang tentunya direncanakan oleh special effect designer). Dimulai dari adegan berubah yang keren dimana kekuatan para prajurit Ultra yang dipinjam adalah divisualisasi dalam bentuk mereka terbang kesana-kemari di layar kaca, sampai dengan percampuran special effect dalam bentuk CGI maupun practical effect. Serial ini intinya ramai sekali dengan visual yang menarik dan special effect yang memanjakan mata; sungguh patut diacungi jempol.

Sampul lagu Goshowa Kudasai Ware no Na wo!, dari Ultraman Wiki

Tidak lupa juga dengan lagu-lagunya. Lagu pembuka dibawakan oleh Masaaki Endo berjudul Goshowa Kudasai Ware no Na wo! lalu lagu penutup ada dua buah lagu, pertama dibawakan oleh Nami Tamaki berjudul Connect the Truth, dan yang kedua dibawakan oleh Tasuku Hanataka berjudul Promise for the future. Pada saat menonton episode pertama serial ini, gue nggak menyangka bahwa lagu ini terlalu gaspol (seru), khususnya untuk membangun mood menonton episode-episode mendatang.

Gue inget beberapa bulan lalu ketika gue lagi jogging sore (tenang, pakai masker kok), gue nyari lagu Goshowa Kudasai Ware no Na wo! ini di YouTube dan untung ada yang sudah mengunggah versi pendeknya (untuk di TV) karena waktu itu versi penuhnya belum rilis. Dan gue merasa lagu ini yang bikin jogging gue tambah gaspol (semangat). Sampai akhirnya versi penuhnya lagu ini rilis melalui Spotify, Goshowa Kudasai Ware no Na wo! menjadi lagu yang paling gue putar ulang baik ketika lari sore maupun nyetir di mobil untuk membakar semangat.

Episode yang gue suka

Episode apapun yang ada Sevenger-nya hahahah. Tapi ya gitulah, di saat orang Jepang menonton episode pertama Ultraman Z, Sevenger berhasil menjadi salah satu trending topic di Twitter Jepang, dan mainan soft vinyl-nya (sofubi) habis dalam waktu singkat. Sungguh suatu kemeriahan yang aneh tapi nyata.

Bullton, dari Ultraman Wiki

Tapi episode lainnya yang gue suka adalah episode 11 ketika Haruki mengalami keraguan dan tekanan rasa bersalah saat menghancurkan monster Red King; serta pada episode itu pula, Haruki teringat dengan kematian ayahnya ketika ia masih kecil, melindungi keluarganya dan warga sekitar dari amukan monster Giestron. Namun rasa bimbang dan stres itu diselesaikan pada episode 14 dengan "bantuan" monster Bullton yang mengacaukan kontinuitas ruang dan waktu, dan mampu mengirim Haruki kembali bertemu ayahnya di masa lalu untuk sesaat, dan kebimbangan Haruki pun terangkat karena ia yakin akan apa yang dilakukannya sebagai prajurit Ultra bersama Zett. Rasanya, pun pada awalnya gue tidak mengharapkan episode itu menjadi lingkaran tertutup, tetapi malah menjadi semacam bonus karena sudah setia mengikuti serialnya sampai pada episode itu.

Episode yang nggak kalah keren juga adalah pada episode 19, dimana Ultraman Ace muncul untuk menolong Zett mengalahkan terrible-monster (choujuu) Baraba. Kenapa episode ini keren (dan penting) adalah karena dari awal poster promosi serial Ultraman Z muncul, gue melihat sirip kepalanya secara kebetulan terlalu mirip dengan Ultraman Ace, kalaupun bukan sedikit mirip Ultraseven. Ternyata Ultraman Ace merupakan godfather atau wali baptis untuk Ultraman Zett di planet asal mereka, dan juga menjelaskan kenapa ada nama Ace (huruf A) dan Zett (huruf Z). Sungguh lore yang keren bukan? Paling tidak cerita-cerita seperti yang yang membuat para fans makin senang karena melengkapi lore serial Ultra dengan baik.

Episode "terakhir"

EPISODE "TERAKHIR" SUNGGUH GASPOL HAHAA. DAN GUE NANGIS SEPANJANG EPISODE ITU TAYANG.

Ya benar, gue nangis dong astaga hahaha. Gue cuman bisa bilang penutup serial ini (tanpa menghitung dulu episode 26 yang tayang pada tanggal blog ini terbit; isinya hanya rekap keseluruhan serial) bener-bener heartwarming, tapi tetep keren nonetheless. Jugglus Juggler identity reveal, Haruki adu panco dengan Yoko, S.T.O.R.A.G.E. yang mati-matian berusaha menyelamatkan Yoko dan pertempuran melawan Destrudos, semua yang di episode ini bisa dibilang membuat para fans menyerukan "ini lho serial Ultra yang kita inginkan".

Build up menuju episode ini pun nggak kalah keren sih. Salah satu inti dari serial ini adalah manusia berusaha membuat sendiri senjata untuk melawan para monster raksasa, salah satunya berupa robot raksasa. Setelah membuat tiga robot pertama yang gue sebut di atas, sampailah manusia mampu membuat "ultraman" mereka sendiri yang dinamai Ultroid Zero, yang menggunakan Ultraman Zero sebagai basis desainnya.

Namun, karena serial ini banyak mengandung homage ke serial pendahulunya, Ultroid Zero ini selain terlalu berbahaya untuk digunakan; terutama karena menggunakan sisa tanduk monster Baraba sebagai sumber tenaga senjatanya. Tak diduga Ultroid Zero berhasil dibajak oleh Celebro, dan berubah menjadi musuh terakhir bernama Destrudos; dan menurut gue ini salah satu penerapan ide sains fiksi yang cukup baik tentang manusia belum siap mengendalikan kekuatan kosmik, kekuatan yang jauh di luar nalar bahkan.

Bahkan pas gue nonton ulang episode ini sama pacar gue (udah nonton duluan di rumah), dia bingung "aku masih heran deh kok kamu bisa nangis sama yang beginian; orang tu normalnya nangis nonton Hachiko, Coco." Tapi ya gimana ya hahaha. Nonton serial Ultra, khususnya Ultraman Z, memang ada serunya sendiri sampai-sampai gue bisa nangis. Gue akui gue nangis kayak gini mungkin pas dulu selesai nonton SSSS.GRIDMAN, bahkan ketika nonton ulang di Netflix sekalipun. Gue nggak ngerti deh kenapa Tsuburaya Productions bisa bikin media hiburan visual bergenre laga dan sci-fi tapi tetap bisa menyentuh hati ya?

Penutup

Sebagai penutup, gue cuman bisa bilang bahwa serial Ultra, khususnya Ultraman Z ini adalah serial yang bisa dinikmati kalangan (dan usia) manapun, bahkan sebagai tontonan keluarga, khususnya keluarga muda dengan anak-anaknya yang masih kecil setidaknya usia 3 tahun. Meskipun serial ini memang ditujukan utamanya untuk anak kecil, bukan berarti yang tua-tua tidak boleh nonton atau terasa memalukan untuk nonton serial ini. 

Buat gue pribadi, menonton serial Ultra adalah suatu keseruan tersendiri, dan tidak bisa dibandingkan atau harus ikut formulanya genre sebelah seperti kamen rider maupun super sentai; kedua genre itupun ada serunya sendiri kok, meskipun gue lagi nggak minat nonton kedua serial yang sedang tayang sekarang.

Ingat, menonton serial Ultra adalah suatu keseruan.

Suatu keseruan.

An excitement.



Terima kasih Ultraman Z, terima kasih Tsuburaya Productions, dan terima kasih juga kepada Kiyotaka Taguchi selaku sutradara utama serial ini. Berkat kalian, pandemi ini bisa jadi sedikit lebih ringan.

Turut berterima kasih juga kepada Chris Stewardson atas tulisan artikelnya, serta tim Ultraman Galaxy (website untuk franchise Ultraman di North America) yang cukup menginspirasi lahirnya postingan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Akhir Tahun 2022

Film UItraman Blazar Tayang di Jakarta

Ketemu Jodoh dengan Bantuan Aplikasi? Bagian Akhir