Kalian Harus Nonton "Glitch Techs"


Kemaren di bulan Februari, gue sempet bikin draft tentang pembahasan serial ini tapi gue hapus karena mood hilang dan daripada ngendon jadi draft kelamaan ya kan. Berhubung season 2-nya baru tayang kemarin tanggal 17 Agustus 2020 di GMT+7 (selamat ultah Indonesia!), jadi gue langsung gaspol nonton season ke-2 ini.

Buat yang belum tahu apa itu Glitch Techs, serial ini adalah ciptaan Eric Robles dan Dan Milano untuk Nickelodeon dan Netflix. Serialnya sendiri adalah tentang dua tokoh remaja Fives dan Miko yang bekerja untuk organisasi "Hinobi" yang menangani glitch atau galat/kekutu dari video game yang menjadi nyata dan mengganggu manusia. Dalam sekilas pandangan dari gue selaku penggemar genre tokusatsu, serial ini serasa gabungan Kamen Rider Ex-Aid dengan Ghostbusters dan Men In Black; tapi sejujurnya malah lebih dari itu. This is a pop culture festival dalam bentuk serial animasi yang sungguh meriah.

Pada season 1, Glitch Techs mengenalkan tokoh-tokoh utama dan pendukungnya secara mendasar dalam 10 episode. Meskipun serial ini adalah tentang membasmi para kekutu (asli deh, terjemahan di Netflix bilangnya gini), the underlying theme-nya adalah soal tumbuh kembang dan perilaku dari para remaja yang bertumbuh kembang dan menanggapinya dengan cara yang tidak menghakimi, namun tokoh-tokoh yang ada mencari jalan keluarnya secara bersama-sama. Bener deh, waktu pertama kali gue nonton serial ini, gue rasanya nggak nyaman karena ada beberapa tokoh sifatnya mirip gue hahahaha.

Tetapi hal itu membantu para pemirsa bisa merasakan bahwa tokoh yang dimunculkan bukanlah orang-orang super hebat. Tokoh Five, Miko, bahkan Mitch dan yang lainnya bukan tokoh yang membuat ceritanya berjalan terlalu lancar, melainkan kekurangan mereka membangun cerita yang apik. Dengan demikian, referensi budaya populer yang disampaikan di tiap episodenya hanyalah dekorasi yang cantik agar banyak orang tertarik menonton ini. Padahal dibalik dekorasi yang cantik itu terdapat cerita yang sama sekali tidak dangkal.

Meskipun jujur aja ya, yang disebut "season 1" berisi 10 episode ini punya akhiran yang tidak lazim sih. Akhirannya tidak benar-benar solid, tidak benar-benar menggantung, tapi cuma "begitu" aja. Sampai suatu masa ketika gue ngobrol sedikit sama salah satu mantan staf produksinya di Twitter, beliau memang tidak bisa menyebutkan secara resmi kenapa pembagiannya seperti itu, tapi season 2 pun ya melanjutkan jalan cerita dengan 10 episode lagi.

Oke, Glitch Techs season 2...

Gue baru selesai nonton ini dalam sehari di 18 Agustus 2020. Cuman 10 episode ya kan, jadi gue bisa gaspol karena capek juga abis ngedit video buat YouTube yang njelimet banget. Oh soal YouTube ini akan gue jadiin blog kapan-kapan.

Permasalahan sehari-hari maupun underlying theme di Glitch Techs season 2 tentunya masih sama dengan season 1, tapi lebih seru karena glitch/kekutu yang dihadapi makin heboh dan referensi budaya populernya juga makin kenceng; bahkan ada tokoh yang mulai dapet spotlight lebih sehingga opini penonton mungkin akan sedikit berubah dari season 1; dan yang terpenting adalah... Keberadaan misteri yang sebenarnya ada, tapi dalam 20 episode yang sudah tersedia ini tidak terlalu dibahas dan mungkin orang juga lupa bahwa serial ini ada hal yang masih misterius terkait beberapa tokoh yang ada.

Meskipun misteri-misteri tersembunyi ini memang... Tersembunyi, namun season ke-2 ini tidaklah kurang pastinya. Penulisan masih bagus, animasi masih bagus; buat gue yang merupakan seorang reviewer awam, gue cuman bisa bilang bahwa serial ini sangat direkomendasikan untuk ditonton. Masih cuman 20 episode, masih bisa buat binge watching jugalah buat memahami benang merah antar episode. 

Berhubung blog ini membahas soal budaya populer, banyak hal yang direferensikan di dalamnya. Gue nggak yakin ya apakah serial ini memang ada referensi ke Kamen Rider Ex-Aid (atau bahkan nggak sengaja, gue nggak yakin), tapi tema video game-nya memang... Memang Kamen Rider Ex-Aid banget. Lalu serial ini mereferensikan cara beraksinya seperti Men In Black maupun Ghostbusters; ada laporan glitch yang sedang beraksi, petugas Glitch Techs dikirim, lalu penyelesaiannya ya mirip dua judul film itu. Ada referensi ke game-game terkenal lainnya seperti Pokemon, Dance Dance Revolution, Pong, Final Fantasy, Neko Atsume, dan masih banyak lagi. 

Referensi dari perfilman pun juga ada, ada yang memang dari Ghostbusters dan secara terang-terangan menyebutkan elemen dari film itu, ada referensi super sentai, Godzilla era Showa, Voltron... Bahkan selain para petugas teknisi aka "Glitch Techs" ini memang mereferensi Ghostbusters, lama-lama berasa ada kemiripan dengan pasukan tempur di Ultraman.  Mereka punya kendaraan tugas yang mana adegan peluncurannya hampir mirip dengan adegan peluncuran pesawat tempur Mydo pada film Ultraman Zearth ataupun mobil pasukan UPG pada serial Ultraman Ginga.; ada hanggar/garasi, lalu pas mereka turun ke jalan raya, keluar dari portal teleportasinya adalah pada papan reklame di kota Bailley. 

Sekian dulu dari gue. Bukan mau jadi blog yang super panjang membahas tiap episodenya, namun yang pasti adalah gue sangat merekomendasikan kalian untuk nonton Glitch Techs yang saat ini sudah tersedia di Netflix. 

Sampai jumpa di blog berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Akhir Tahun 2022

Film UItraman Blazar Tayang di Jakarta

Ketemu Jodoh dengan Bantuan Aplikasi? Bagian Akhir