Kursus Ilustrasi Daring? Sepadan kah? Bagian 2
Sumber gambar: laman Facebook Society of Visual Storytelling (SVS)
(Lanjutan dari bagian 1)
Karena...
Gue merasa gue semacam sedikit salah jurusan dan menyia-nyiakan masa kuliah gue; bahkan sampe di taraf gue gak ada rasa kompetitif sama temen-temen seangkatan. Hal ini sempet gue sebutkan beberapa kali di FB dan IG gue. Jadi kalo ada temen-temen gue yang pernah baca gue posting kayak gitu di medsos sebelah, postingan blog ini adalah versi lengkapnya.
Nah ini bakal jadi cerita yang agak panjang juga.
Gue adalah seorang lulusan desain grafis dari suatu universitas di Tangerang, universitas ternama sih. Gue pas kuliah itu, dengan berat hati gue jujur, gue sibuk ngewibu. Gue nonton segala hal jejepangan, beli model kit robot-robotan, apapun yang kurang terkait perkuliahan deh; meskipun, pada kenyataannya gue jarang banget bolos, nilai ada di range B dan C-. Tapi selebihnya, gue berasa kurang peduli, kurang engaging dengan perkuliahan yang gue jalani, tiap kelas desain grafis pun rasanya roaming parah, meski masih ada ilmu yang nyangkut dikit-dikit sih.
(Wibu/weaboo bisa dicari di Google artinya apa, dan salah satu sinonimnya adalah Japanophilia)
Gue pun sampe sekarang, terkadang masih merasa gue salah jurusan. Could've gone to animation major, but eh, here I am in graphic design major, karena gue semacam merasa "yah harusnya gue bisa kerja di bidang ini, tapi malah jadi bidang itu", meskipun pada kenyataannya banyak anak muda sekarang yang kerja tidak sesuai gelar ataupun passion-nya. Tapi gue sampe setua ini kadang masih ngerasa nggak tahu gue mesti ngapain dan ke mana. Nyari duit buat hidup tapi selalu teringat dengan lawakan "budak korporat" hahaha. Tapi ya gimana, namanya juga hidup, (harus) selalu berputar terus-menerus, sampai waktu berakhir.
Selama kuliah dan setelah lulus, portofolio gue jauh dari kata kuat, semacam hampir non-existent tepatnya, terlebih karena kerjaan gue setelah lulus malah jadi guru kursus gambar (yang sekarang udah tutup juga tempatnya). Lalu di kerjaan gue yang kemaren gue resign ini, kerjaan gue cenderung administratif daripada design-related (ada tapi sedikit), serta gue nggak pernah bisa punya waktu untuk bisa melakukan yang namanya freelance work atau nyusun portofolio yang decent karena sudah 40 hours a week dan di akhir pekan gue butuh istirahat supaya bisa balikin mental state gue (dan bahkan pergi-pergi yang sulit sekali buka hape untuk nonton videonya); juga tidur itu penting, teman. Alhasil penggunaan kursus daring ini lumayan terbengkalai, dan gue quit setelah pembayaran di bulan ketiga apa ya kalo nggak salah.
Tapi setelah gue resign dan nganggur (per postingan ini tayang), gue jadi ada waktu yang banyak banget buat gue sendiri, dan salah satu to-do list gue selama nganggur ya kembali mengaktifkan kursus ini, dan ya Rp 346.000 lagi sebulan. Tapi gue nggak keberatan sih, maksudnya emang ini yang gue butuhkan, gue butuh ngerem sedikit dari dunia luar, lalu melakukan hal-hal yang gue banget. Introver, nge-charge baterainya susah, hahaha.
Lalu, apakah ini sepadan? Bagian ini yang pasti kalian tunggu-tunggu.
Gue sebagai orang yang cenderung bodoh, dan dengan kemampuan nggambar/ilustrasi yang masih di bawah rata-rata, buat gue ini membantu banget. Asli deh gue nggak dibayar ama pihak sana buat nulis ginian, tapi gue akui pilihan kelas-kelasnya oke, meskipun berdasarkan postingan ini tayang, kelas yang gue ambil masih sedikit.
Salah satu kelas yang gue ambil adalah kelas tinta/inking, karena sebenernya preferensi/selera gue dalam nggambar adalah gambar yang punya garis tepi alias outline, dan hasil seperti itu bisa diperoleh dengan menggunakan teknik tinta atau inking. Dan dari kelas itupun gue ngerasa "kayaknya dulu gue gak diajarin ginian deh, baik di kelas drawing, illustration maupun comic making" karena penjelasan di SVS ini lebih spesifik, segmented, untuk penggunaan atau hasil yang sempit pula, yaitu ilustrasi. Ya, tiga mata kuliah yang gue sebut tadi itu dulu sempet gw ikuti meskipun gue kuliah desain grafis.
Ah iya, tentang cara pengajarnya menyampaikan materinya ya. Penyampaian materinya cukup perlahan, dan bisa diputar balik videonya jika dirasa ada yang kurang jelas; khususnya karena video ini mengandung praktik menggambar agar pembelajar bisa mengikuti juga. Perlu diingat juga bahwa penyampaiannya adalah dalam bahasa Inggris, sehingga memutar balikkan video akan sangat mungkin terjadi berkali-kali. Karena pengajarnya juga merupakan expert di bidangnya, maka flow mengajar gambarnya luwes sekali. Bagi kita-kita yang tangannya kurang luwes, perlu banget untuk memperhatikan gerak tangan/lengan mana saja yang dipakai dalam menggambar.
Buat kalian para pembaca, apakah ini akan sepadan untuk kalian? Ya tergantung ke diri kalian tentunya, seberapa butuh kalian akan kursus ini, seberapa niatnya kalian untuk mendengarkan tutorial yang akan disampaikan secara satu arah, dan siap nggaknya untuk ngeluarin dana sekian kalo ambil yang bulanan, terlebih kurs Rupiah ke US Dollar bisa jadi lumayan nggak bagus ke depannya (sumbernya di sini).
Salah satu contoh hasil belajar:
Dokumentasi pribadi
Untuk gambar di atas ini, gue tracing atau menjiplak dari gambar asli yang memang disediakan oleh SVS, anggap saja ini salah satu bentuk modul belajarnya. Gambar aslinya dibuat oleh Jake Parker, yang sebenarnya adalah gambar tinta beliau yang warnanya diubah jadi warna oranye, lalu nantinya akan dikerjakan oleh para pembelajar secara mandiri, mengikuti garis kontur yang sudah ada. Modul ini gue kerjakan dengan menggunakan brush pen Zig Kuretake no. 24. Ujung pena yang berupa kuas yang seharusnya sudah "fine tip" tapi pada kenyataannya lumayan susah ngerjain ini; terutama karena tangan gue yang masih kaku dan juga kertas yang tidak begitu besar, kertas A4 dengan gambar yang punya detil-detil kecil yang banyak. Seharusnya nggak memakai brush pen yang ini, tapi itung-itung sebagai tantangan juga, ya kan?
Jadi kalo gue rangkum dari paragraf di atas, tentunya ini worth it/sepadan buat gue ikuti dan bayar sekian ratus ribu tiap bulannya. Bagi teman-teman pembaca sekalian, tentunya kembali ke persepsi masing-masing, karena gue juga baru inget mungkin kalian bisa menemukan materi gratis di YouTube maupun tempat lain; tapi kecenderungannya gue sering nemu yang berbayar kayak di Patreon atau Gumroad dll.
Sekian untuk blog kali ini, sampai jumpa di postingan yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar