Ketemu Jodoh dengan Bantuan Aplikasi? Bagian 3

Astaga.

Ini sudah bagian ketiga.

Gue nggak nyangka bahwa khusus topik ini bisa jadi sepanjang ini.

Kalaupun gue singkat jadi satu postingan utuh, mungkin kalian akan capek ngebacanya juga; terutama mengingat bahwa ketahanan manusia dalam membaca teks semakin menurun. Mungkin bukan menurun, bisa juga karena ada durasi tertentu untuk manusia dalam ngebaca teks.

Apa yang mau gue bahas di bagian ini ya... Oh iya.

Ujung-ujungnya Semua Dinilai dari Fotonya Terlebih Dahulu!
Ada satu hal yang gue lupa taruh dari penjelasan aplikasi-aplikasi di dua postingan sebelumnya, bahwasanya semua dilihat dari foto dulu kok.

Gue, dan bahkan manusia-manusia di planet ini yang dianugerahi pengelihatan sempurna, pasti akan melihat apapun dari luarnya dulu, bahkan ya sampul buku. Kita ini mayoritasnya makhluk visual, bung. You see things to give values as its follow-up.

Baik kalian menggunakan Tinder, OKCupid, atau bahkan berada di liarnya Twitter, baik secara sadar maupun tidak, kalian pasti akan memilih foto-foto terbaik untuk diunggah, untuk merepresentasikan diri kalian di internet. Karena yang nantinya akan melihat profil kalian pun, yang akan dilihat pertama pasti adalah fotonya terlebih dahulu. Hierarkinya akan selalu begitu, mau itu fotonya ada di atas atau di bawah teks.

Gue nggak munafik deh, waktu gue pake Tinder, OKCupid, atau Twitter itu pun gue nyarinya cewek yang cakep-cakep. Meski lambat laun diri ini mulai sadar tampilannya kayak om-om :') Yaelah cewek emang ada yang nyari cowok tampang boros kayak om-om, kayak gue? Ya bisa aja sih, but again, it's very much a gambling, permainan peluang yang diberikan semesta ini kepada kita.


Alasan-alasan Lain dari Menggunakan Aplikasi untuk Menemukan Teman Kencan atau Jodoh
Berdasarkan pranala berikut ini dan ini, dan juga yang sempat gue sebutkan di blog sebelumnya, salah satunya ya untuk sekadar buang waktu/pass the time.

Tetapi dari menggunakan aplikasi ini, bisa juga efektif sebagai ego-booster, menentukan harga diri, dan juga validasi diri di mata orang lain. Karena gini sih, kita sulit melihat diri kita itu bagaimana, kita tuh udah pantes belum sih di mata orang lain? Udah pantes kah kita berada di lingkup sosial/masyarakat? Boy, ini bisa sampe tingkatan antropologi dan sosiologi kali pembahasannya.

Namun percayalah, menilai diri sendiri itu karena gabungan dua hal, kita sendiri dan orang lain. Dan dengan adanya aplikasi-aplikasi tersebut, kita ditantang untuk membenahi diri menjadi lebih baik daripada sebelumnya. 

Karena seperti paragraf di atas, pertaruhan peluang ini dimulai dari foto-foto yang mewakili diri kita di aplikasi tersebut. Misalnya, lu  seorang cowok, punya rambut yang oke gitu, tapi nggak biasa pake pomade, tapi lu pingin gaya demi "menjual" diri lu di Tinder, mau nggak mau lu melakukan peningkatan diri, dimulai dari gaya rambut, misalnya itu dia.


Gimana Akhirnya Gue Ketemu Si Dia
Apakah bagian ini yang kalian tunggu-tunggu?

"Ketemu si Dia", semacam visual diary berbentuk komik 2 panel, karya pribadi.
Dia lompat-lompat di Museum Nasional untuk membaca caption artefak.
Gemes banget ya dia.

Gue lupa tepatnya kapan gue match sama si doi di OKCupid, tapi kurang lebihnya adalah waktu Spider-Man: Far From Home tayang. Oh iya, sebelumnya sih ada semacam galat/error unik dari OKC ini. Gue lupa gue waktu itu nge-swipe kanan si doi ini dimana, tapi kemungkinan antara di rumah atau di kantor gue waktu itu di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Gue udah masang radius swipe gue cuman 15 kilometer, sedangkan pacar gue pada waktu itu (sampe sekarang juga sih) ngekos di Bekasi. Ya, Bekasi, itu kan puluhan kilometer dari rumah gue di Tangerang Selatan. Gue sebagai orang yang sangat visual, waktu itu gue nge-swipe kanan karena "ini anak imut juga."

Time goes by, gue masih nge-swipe random aja baik dari rumah maupun kantor. Masih berharap dia nge-swipe kanan gue juga. Oh ya, ada yang lupa gue sebut di blog ini bagian pertama kemarin. OKCupid itu kelebihannya adalah saat kita sudah menggeser suatu profil ke kanan, kita bisa mengirim pesan pribadi duluan ke yang kita swipe sebagai pesan perkenalan. Dengan cara begini, notifikasinya akan lebih mudah dan cepat muncul ke ponsel orang yang bersangkutan. Selebihnya, orang yang menerima pesan pribadi tersebut ya terserah saja mau ngasih like balik supaya match atau nggak.

Sampai pada suatu ketika, kurang lebihnya waktu gue mau nonton Spider-Man: Far From Home di XXI Taman Ismail Marzuki (tahun lalu belum dibongkar), gue mulai ngobrol-ngobrol kecil sama doi setelah match. Yang lucu adalah gue sok-sok'an mulai dengan bahasa Inggris. Nah kenapa gue mulainya begitu adalah karena kebanyakan profil cewek di Tinder maupun OKC diisinya dengan bahasa Inggris, padahal mereka orang lokal aja. Gue masih inget baru mulai dikit, dia ngajak gue balik ke bahasa Indonesia karena nggak pede, ya udah gue ikut aja hahahah.

Ngobrol, ngobrol, ngobrol, sampai akhirnya gue pindah ke DM-nya Instagram. Di sini pun ada hal lucu yang awalnya bikin gue was-was. Di profilnya ada foto doi sama cowok, gue sempet banget lumayan cemas "ini siapanya dia ya? Deket banget, tapi caption-nya nggak menggambarkan sesuatu yang pasti." Tapi ini akan gue sambung ke beberapa paragraf berikutnya.

Sampai pada tanggal 28 Juli 2019, kami pertama kali ketemu di dunia nyata, di Taman Ismail Marzuki. Niatnya mau nonton pertunjukan di Planetarium Jakarta, eh malah tiketnya sudah habis. Akhirnya gue mengeluarkan contingency plan yang sama sekali nggak gue pikirkan hahahaha. Gue memutuskan untuk kami berdua pergi ke Museum Nasional Indonesia, ini gue pilih karena udah belasan tahun kayaknya gue nggak ke sini.

Selesai dari sana, kami makan di suatu restoran Jepang di Menteng. Some good sushi. Nah setelah makan siang ini yang unik. Kami pergi ke toko boardgame langganan gue di Kuningan City, yakni Arcanum Hobbies. Gue ngajak dia ke situ karena gue (secara langsung, bold aja gitu) pengen ngenalin ke salah satu hobi gue. Dia waktu nge-follow akun Instagram gue, udah tau bahwasanya gue doyan beli robot-robotan dan satria baja ireng (hitam). Ke Arcanum ini merupakan tambahan wawasan buat dia juga sih hahaha.

Lanjut ke waktu gue ulang tahun, tapi bukan di hari gue ulang tahun, melainkan di akhir minggunya, kita jalan/kencan lagi lah. Gue waktu itu perlu pergi ke suatu mal di utara Jakarta untuk membeli sebuah boardgame yang barangnya emang cuman ada di toko di sana, sekaligus hadiah ultah gue sendiri. Terus gue macet-macetan tuh dari utara ke Kuningan City lagi karena mau ngetes main boardgame ini di Arcanum.

But guess what, setelah gw macet entah 1 atau 2 jam itu, dia menanti gue dengan sabar di suatu kafe, udah nyiapin kejutan kecil berupa sepotong kue cake yang dia beli di toko roti di Kuncit. Juga dia nyiapin lilin-lilinan yang dibuat dari kertas buat gue tiup. Di titik inilah gue udah baper sama doi, definitely fall for her, she's the one. Gue ngerasa boardgame yang gue beli nggak ada apa-apanya dibanding cake kecil ini. Fuck lah gue mau nangis lagi rasanya nginget dan ngetik bagian ini. Gue ngerasa baru kenalan sebentar aja gue dikasih cake, sampe mikir apakah gue pantas menerima cake ini. Udah gitu kita suap-suapan juga, makin baper lah gue asli.

Berlanjut lagi ke 28 September 2019, gue ngajak jalan dia ke acara Semasa di Balai Kota Jakarta. Acaranya itu bisa dibilang semacam pasar kreatif ya, para penjual berkumpul di satu tempat untuk memamerkan barang jualannya baik itu daily goods maupun aksesoris dan pakaian, tapi model usahanya startup atau rintisan, masuk kategori makro mungkin. Acaranya juga ada tur keliling balai kotanya itu sendiri tapi kami nggak ikut.

Lalu kami ke Galeri Nasional, karena waktu itu ada pameran Sketsaforia Urban, dimana para urban sketchers dari berbagai kota dan komunitas berkumpul memamerkan karya urban sketching mereka. Dan hari itu ditutup dengan kami makan malam di suatu kafe di Cikini yang sederet dengan TIM. Di sinilah keberanian gue diuji oleh semesta.

Gue akhirnya menyatakan perasaan gue ke dia, alias confessing.

Dia bilang iya.

And the story goes on and on...


Oh iya untuk di paragraf yang di akun Instagram-nya dia ada foto sama temen cowoknya, secara mengejutkan temennya itu gay. Itu melegakan banget for some reason. Gini, gue sebenernya gak masalah sama orang gay maupun lesbian, tapi waktu gue lagi lihat-lihat IG-nya dan ada foto kayak gitu, ya gue yang lagi pedekate jelas cemas parah hahahah.

But yeah, this blog is partially dedicated for her. My beloved one. Its been a great adventure of meeting you.

Juga postingan ini bersambung ke bagian 4!! Waayyyyy!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blog Akhir Tahun 2022

Film UItraman Blazar Tayang di Jakarta

Ketemu Jodoh dengan Bantuan Aplikasi? Bagian Akhir